Rabu, 22 Februari 2012

Asuhan Keperawatan Tumor Otak

PENGERTIAN
Tumor otak ( Brain Tumor ) adalah lesi oleh karena ada desakan ruang oleh “pertumbuhan sel yang abnormal” baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.


(contoh foto diambil dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Brain_tumor )
ETIOLOGI
Riwayat trauma kepala
Faktor genetik
Paparan bahan kimia yang bersifat carsinogenik
Virus tertentu
PATOFISIOLOGI
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).

KLASIFIKASI
BERDASARKAN JENIS TUMOR
Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma (grade I)
Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
- Oligodendroglioma
- Apendymoma
BERDASARKAN LOKASI
Tumor intradural
a) Ekstramedular
- Cleurofibroma
- Meningioma
b) Intramedular
- Apendymoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.

MANIFESTASI KLINIS
Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang bersifat hebat sekali. Biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat beraktivitas, yang biasanya menyebabkan peningkatan TIK yaitu batuk, membungkuk dan mengejan.
Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medula oblongata
Papiledema
Stasis vena menimbulkan pembengkakan papilla saraf optikus.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan – bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
Observasi tingkat kesadaran dan tanda vital.
Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
Laboratorium:
1) Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2) Fungsi endokrin
Radiografi:
1) CT scan.
2) Electroencephalogram
3) Rontgen paru dan organ lain untuk mencari adanya metastase.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah, perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan, tidak adanya tanda – tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial.
Intervensi & Rasional
1. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
2. Pantau tanda vital tiap 4 jam.
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh.
3. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
4. Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
5. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
6. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah, perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.
Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi & Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
4. Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi.
Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi & Rasional
1. Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembnag ke arah proses penyembuhan.
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi.
R/ Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan.
3. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti.
4. Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.
R/ Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

Jumat, 17 Februari 2012

Friends are forever


Indahnya Persahabatan
Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda? Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai? Merekalah sahabat-sahabat anda.
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan. Tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan. Tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya
- The Book of Virtues -
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi. Demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan. Tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya. Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur persahabatan antara lain: masalah bisnis, UUD (Ujung-Ujungnya Duit), ketidakterbukaan, kehilangan kepercayaan, perubahan perasaan antar lawan jenis, dan ketiak setiaan. Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.
Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda? Siapa
yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai? Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satu pun yang dapat anda berikan? Merekalah sahabat-sahabat anda. Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.
~~
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
“Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita.”

Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) TIM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas Salah satu Model Asuhan Keparawatan yaitu, Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Model Asuhan Keperawatan professional ?
2. Bagaimana konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional ?
3. Bagaimna Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim ?
4. Bagaimana strategi kerja dari Tim ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Model Asuhan Keperawatan (MAKP) Tim
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep Model Asuhan Keperawatan professional (MAKP)
2. Mengetahui konsep dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
3. Mengetahui Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
4. Mengetahui strategi kerja dari Tim

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah Model Asuhan Keperwatan Profesional (MAKP) Tim, penulis menggunakan metode Tinjauan Pustaka yaitu menggunakan beberapa referensi buku yang berkaitan dengan pokok bahasan dan searching internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional
1. Pengertian
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Mc. Laughin, Thomas dean Barterm (1995) mengidentifikasikan 8 model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum dilakukan di rumah sakit adalah Keperawatan Tim dan Keperawatan Primer. Karena setiap perubahan akan berdampak terhadap suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998; 143) yaitu:
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif penggunaan biaya.
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.
5. Kepuasan kinerja perawat.
3. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan, yaitu:
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2007).
2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer
Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)
5. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984).

B. Konsep Dasar Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode yang digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan kemampuannya.Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007):
a. Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
b. Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1. Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim, melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2. Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien secara individual dan membantunya dalam mengatasi masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan aktif melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
C. Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan.
2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.
3. Tanggung jawab kepala ruang:
a. Perencanaan
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing- masing.
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan/ penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
• Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
• Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan.
• Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
• Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk RS.
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
8. Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
10. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
2. Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik.
3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

d. Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
2. Melalui supervisi:
• Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat itu juga.
• Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
• Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim. Audit keperawatan.

D. Strategi Kerja Tim
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia.
Bila anggota tim menerima pasien pada sore dan malam hari atau pada hari libur, pengkajian awala dilakukan oleh anggota tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama pasien, anggota tim membuat masalah keperawatan utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim ada, pengkajian dilengkapi oleh ketua timkemudian membuat rencana yang lengkap dan selanjutnya akan menjadi panduan bagi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pada dinas pagi ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dians malam (hanya pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi melakukan konferens tentang permasalahan pasien untuk tiap anggota tim, dan mengkoordinasikan tugas tiap anggota tim.
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya. Bila terdapat rencana baru atau tindakan yang perlu dilakukan, maka ketua tim akan mengkomunikasikan kepada anggota tim untuk melaksanakannya. Jika terdapat tindakan spesifik yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh anggota tim maka ketua tima yang akan melakukan langsung tindakan tersebut. Terutama melakukan intervensi pedidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga akan dilakukan oleh ketua timyang didasarkan atas hasil pengkajian pada kebutuhan peningkatan pengetahuan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan mandiri oleh ketua tim atau kolaborasi, misalnya ahli gizi untuk penjelasan mengenai diet pasien yang benar.
Selama anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor tindakan yang akan dilakukan dan member bimbingan pada anggota tim. Anggota tim selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan pada format-format yang terdapat pada papan dokumentasi. Kemudian ketua tim akan memonitor dan mengevaluasi dokumentasi yang dibuat oleh anggota tim.
Setiap hari ketua tim mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasikan pada catatan perkembangan dengan metoda SOAP, catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga menjadi panutan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Bila ada pasien yang akan pulang atau pindah ke unit perawatan lain, ketua tim akan membuat resume keperawatan, sebagai inormasi tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien selama dirawat yang berisi masalah-masalah pasien yang timbul dan masalah yang sudah teratasi, taindakan keperawatan yang telah dilakukan dan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
Pada pergantian dinas pagi-sore dilakukan peran anggota tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien, tindakan/intervensi yang telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan keperawatan pasien yang akan dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu ketua tim melengkapi informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore. Anggota tim juga menulis laporan pagi/sore/malampada format yang tersedia.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984).
Dalam penerapannya ada kelebihan dan kelemahannya yaitu (Nursalam, 2007):
Kelebihan :
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2. Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan.
3. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
2. Akuntabilitas dalam tim kabur
3. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat trampil
Pada Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim, ketua tim membuat rencana asuhan keperawatan kemudian mengkomunikasikan kepda anggota tim untuk melaksanakan intervensi keperawatan. Anggota Tim bertanggung jawab kepada ketua tim terhadap pemberian asuhan keperawatan pada pasien selanjutnya ketua tim mengevaluasi serta mendokumentasikan.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dan perawat dapat memahami Model Asuhan Keperawatan Profesional Tim serta dapat menerapkannya pada praktik manajemen keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi Dan Prakitk Keperawatan Professional . Jakarta : EGC Kedokteran
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional, ed.2. Jakarta: Salemba Medika.
Rusdi, I. 2008. Model Pemberian Asuhan Keperawatan (nursing care delivery models), diakses 6 Februari 2012,
Somantri, I. Konsep Model Asuhan Keperawatan Profesional, FIK-UNPAD, diakses pada 25 Maret 2011,

Kamis, 09 Februari 2012

Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskular

1. Gambaran Anatomi Sistem Kardiovaskular
Hanya dalam beberapa hari setelah konsepsi sampai kematian, jantung terus-menerus berdetak. Jantung berkembang sedemikian dini, dan sangat penting seumur hidup. Hal ini karena sistem sirkulasi adalah sistem transportasi tubuh. Fungsi ini akan berfungsi sebagai sistem vital untuk mengangkut bahan-bahan yang mutlak dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Sistem sirkulasi teridiri dari tiga komponen dasar:
a) Jantung, yang berfungsi sebagai pemompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar dapat mengalir ke jaringan.
b) Pembuluh darah, berfungsi sebagai saluran yang digunakan agar darah dapat didistribusikan ke seluruh tubuh.
c) Darah, berfungsi sebagai media transportasi segala material yang akan didistribusikan ke seluruh tubuh.

A. Letak Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan ukuran sekepalan. Jantung terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan dibatasi oleh sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma, miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis medio-clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens, arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).

Pada dewasa, rata-rata panjangnya kira-kira 12 cm, dan lebar 9 cm, dengan berat 300 sakpai 400 gram (Setiadi, 2007: 164).


B. Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki empat bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya. Bilik-bilik atas, atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke jantung dan memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang memompa darah dari jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum, suatu partisi otot kontinu yang mencegah pencampuran darah dari kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena separuh kanan jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi kiri jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi (Sherwood, Lauralee, 2001: 259-260).
a) Atrium Dextra
Dinding atrium dextra tipis, rata-rata 2 mm. Terletak agak ke depan dibandingkan ventrikel dextra dan atrium sinistra. Pada bagian antero-superior terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga yang disebut Auricle.
b) Atrium Sinistra
Terletak postero-superior dari ruang jantung lain, sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal dinding atrium sinistra 3 mm, sedikit lebih tebal dari pada dinding atrium dextra. Endocardiumnya licin dan otot pectinatus hanya ada pada auricle. Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenasi dari 4 vena pumonalis yang bermuara pada dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena dextra dan sinistra.
c) Ventrikel Dextra
Terletak di ruang paling depan di dalam rongga thorax, tepat di bawah manubrium sterni. Sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel sinistra dan di medial atrium sinistra. Ventrikel dextra berbentuk bulan sabit atau setengah bulatan, tebal dindingnya 4-5 mm. Bentuk ventrikel kanan seperti ini guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.
d) Ventrikel Sinistra
Berbentuk lonjong seperti telur, dimana pada bagian ujungnya mengarah ke antero-inferior kiri menjadi Apex Cordis. Bagian dasar ventrikel tersebut adalah Annulus Mitralis. Tebal dinding ventrikel sinistra 2-3x lipat tebal dinding ventrikel dextra, sehingga menempati 75% masa otot jantung seluruhnya. Tebal ventrikel sinistra saat diastole adalah 8-12 mm. Ventrikel sinistra harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sitemik, dan mempertahankan aliran darah ke jaringan-jaringan perifer.

C. Katub-katub Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung (Aurum, 2007). Setiap katub berespon terhadap perubahan tekanan (Setiadi 2007: 169). Katub-katub terletak sedemikian rupa, sehingga mereka membuka dan menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan pintu satu arah Sherwood, Lauralee, 2001: 261). Katub jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katub atrioventrikuler, dan katub semilunar.
a) Katub Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katub atrioventrikular. Katub yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah katub disebut katub trukuspid (Setiadi, 2007: 169). Sedangkan katub yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua daun katub disebut katub mitral (Setiadi, 2007: 169).

b) Katub Semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun katub, yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan separuh (Sherwood, Lauralee, 2007: 262). Katub semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri yang berhubungan. Katub pulmonal terletek pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
D. Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus (Sherwood, Lauralee, 2001: 262). Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu:
a) Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkis jantung. Terdiri dari dua lapisan, yaitu
perikarduim fibrosum (visceral) dan Perikarduim serosum (parietal).
b) Miokardium
Myo berarti “otot”, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung (Sherwood, Lauralee, 2001: 262). Lapisan otot ini yang akan menerima darah dari arteri koroner (Setiadi, 2007: 172).
c) Endokardium
Endo berarti “di dalam”, adalah lapisan tipis endothelium, suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi (Sherwood, Lauralee, 2007: 262).



E. Persarafan Jantung
Disarafi oleh saraf otonom :
a) Saraf simpatis
Merangsang (stimulasi) denyut jantung menjadi kuat dan cepat.
b) Saraf parasimpatis
Menahan (inhibisi) denyut/kontraksi jantung menjadi lemah dan lambat.
F. Vaskularisasi Jantung
Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah. Secara garis besar peredaran darah dibedakan menjadi dua, yaitu peredaran darah besar yaitu dari jantung ke seluruh tubuh, kembali ke jantung (surkulasi sistemik), dan peredaran darah kecil, yaitu dari jantung ke paru-paru, kembali ke jantung (sirkulasi pulmonal).
2. Fisiologi Sistem Kardiovaskular
A. Struktur Otot Jantung
Otot jantung mirip dengan otot skelet yaitu mempunyai serat otot. Perbedaannya otot jantung tidak dipengaruhi oleh syaraf somatik, otot jantung bersifat involunter. Kontraksi otot jantung dipengaruhi oleh adanya pacemaker pada jantung.
B. Metabolisme Otot Jantung
Metabolisme otot jantung tergantung sepenuhnya pada metabolisme aerobik. Otot jantung sangat banyak mengandung mioglobin yang dapat mengikat oksigen. Karena metabolisme sepenuhnya adalah aerob, otot jantung tidak pernah mengalami kelelahan.
C. Sistem Konduksi Jantung
Jantung mempunyai system syaraf tersendiri yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot jantung yang disebut system konduksi jantung. Syaraf pusat melalui system syaraf autonom hanya mempengaruhi irama kontraksi jantung. Syaraf simpatis memacu terjadinya kontraksi sedangkan syaraf parasimpatis menghamabt kontraksi. System kontraksi jantung terdiri atas :
a) Nodus Sinoatrialkularis (NSA) terletak pada atrium kanan dan dikenal sebagai pacemaker karena impuls untuk kontraksi dihasilkan oleh nodus ini.
b) Nodus Atrioventrikularis (NAV) terletak antara atrium dan ventrikel kanan berperan sebagai gerbang impuls ke ventrikel.
Bundle His adalah serabut syaraf yang meninggalkan NAV.
Serabut Bundle Kanan Dan Kiri adalah serabut syaraf yang menyebar ke ventrikel terdapat pada septum interventrikularis.
Serabut Purkinje adalah serabut syaraf yang terdapat pada otot jantung.

D. Kontraksi Dan Irama Jantung
Kontraksi jantung disebut disebut systole sedangkan relaksasi jantung atau pengisian darah pada jantung disebut diastole. Irama jantung dimulai dari pacemaker (NSA) dengan impuls 60-80 kali/menit. Semua bagian jantung dapat memancarkan impuls tersendiri tetapi dengan frekuensiyang lebih rendah. Bagian jantung yang memancarkan impuls diluar NSA disebut focus ektopik yang menimbulkan perubahan irama jantung yang disebut aritmia. Aritmia dapat disebabkan oleh hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kafein, nikotin karena hal tersebut dapat menyebabkan fokus ektopik kontraksi diluar kontraksi dari nodus NSA. Jika terjadi hambatan aliran impuls dari NSA menuju NAV maka impuls syaraf akan timbul dari nodus NAV dengan frekuensi yang lebih rendah yaitu sekitar 40-50 kali/menit. Jika ada hambatan pada bundle his atau serabut bundle kanan dan kiri maka otot jantung akan kontraksi dengan iramanya sendiri yaitu 20-30 kali/menit. Denyut jantung 20-30 kali/menit tidak dapat mempertahankan metabolisme otot.
E. Suara Jantung
Suara jantung terjadi akibat proses kontraksi jantung.
Suara jantung 1 (S1) timbul akibat penutupan katup mitral dan trikuspidalis. Suara jantung 2 (S2) timbul akibat penutupan katup semilunaris aorta dan semilunaris pulmonal.
Suara jantung 3 (S3) terjadi akibat pengisian ventrikel pada fase diastole.Suara jantung 4 (S4) terjadi akibat kontraksi atrium. Suara jantung 3 dan 4 terdengar pada jantung anak.
F. Cardiac Output
Cardiac Output adalah volume darah yang dipompa oleh tiap ventrikel per menit. Hal ini disebabkan oleh kontraksi otot myocardium yang berirama dan sinkron, sehingga darahpun dipompa masuk ke dalam sirkulasi pulmonary dan sistemik.
Besar cardiac output ini berubah-ubah, tergantung kebutuhan jaringan perifer akan oksigen dan nutrisi. Karena curah jantung yang dibutuhkan juga tergantung dari besar serta ukuran tubuh, maka diperlukan suatu indikator fungsi jantung yang lebih akurat, yaitu yang dikenal dengan sebutan Cardiac Index. Cardiac index ini didapatkan dengan membagi cardiac output dengan luas permukaan tubuh, dan berkisar antara 2,8-3,6 liter/menit/m2 permukaan tubuh.
Stroke Volume adalah volume darah yang dikeluarkan oleh ventrikel/detik. Sekitar dua per tiga dari volume darah dalam ventrikel pada akhir diastole (volume akhir diastolic) dikeluarkan selama sistolik. Jumlah darah yang dikeluarkan tersebut dikenal dengan sebutan Fraksi Ejeksi; sedangkan volume darah yang tersisa di dalam ventrikel pada akhir sistolik disebut Volume Akhir Sistolik. Penekanan fungsi ventrikel, menghambat kemampuan ventrikel untuk mengosongkan diri, dan dengan demikian mengurangi stroke volume dan fraksi ejeksi, dengan akibat peningkatan volume sisa pada ventrikel.
Cardiac output (CO) tergantung dari hubungan yang terdapat antara dua buah variable, yaitu: frekuensi jantung dan stroke volume. CO = Frekuensi Jantung x Stroke Volume. Cardiac output dapat dipertahankan dalam keadaan cukup stabil meskipun ada pada salah satu variable, yaitu dengan melakukan penyesuaian pada variable yang lain.Apabila denyut jantung semakin lambat, maka periode relaksasi dari ventrikel diantara denyut jantung menjadi lebih lama, dengan demikian meningkatkan waktu pengisian ventrikel. Dengan sendirinya, volume ventrikel lebih besar dan darah yang dapat dikeluarkan per denyut menjadi lebih banyak. Sebaliknya, kalau stroke volume menurun, maka curah jantung dapat distabilkan dengan meningkatkan kecepatan denyut jantung. Tentu saja penyesuaian kompensasi ini hanya dapat mempertahankan curah jantung dalam batas-batas tertentu. Perubahan dan stabilisasi curah jantung tergantung dari mekanisem yang mengatur kecepatan denyut jantung dan stroke volume.

SOP injeksi Subcutan

URAIAN UMUM
Menyuntikan obat dibawah kulit
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien ( dosis, nama klien, obat, waktu pelaksanaan, tempat injeksi )
- Kaji riwayat alergi dan siapkan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Spuit seteril dengan obat injeksi pada tempatnya yang sudah disiapkan
- Kapas alkohol 70 %
- Alat tulis
- Bengkok
- Kartu obat dan etiket
- Sarung tangan kalau perlu
B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Mengidentifikasi klien, menyiapkan klien dan menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan dan pasang sampiran
- Jika perlu menggunakan sarung tangan bila ada klien yang menderita penyakit menular
- Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus
- Membuang kapas alkohol kedalam bengkok
- Memasukan jarum dengan sudut 45-90 O
- Lakukan aspirasi
- Memasukan obat secara perlahan – lahan
- Mencabut jarum
- Alat-alat dibereskan dan lihat reaksi obat terhadap klien
- Perawat cuci tangan
- Catat tindakan yang dilakukan
C. EVALUASI
- Perhatikan dosisi obat, nama obat, nama klien sesuai dengan order dari dokter dan perhatikian juga respon klien terhadap obat
D. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi / respon klien terhadap obat, perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Injeksi

1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan.
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Adapun rute pemberian obat dibedakan atas beberapa rute antara lain secara iral, parenteral, pemberian topical, inhalasi, dan intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien.
Maka dari itu pada makalah ini akan dibahas salah satu rute pemberian obat yaitu rute parenteral, memberikan obat dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah untuk memahami teknik pemberian obat secara injeksi.

1.1 Pengertian Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.

1.2 Tujuan Injeksi
Pada umumnya Injeksi dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.

1.3 Indikasi
Injeksi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung, sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat secara injeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus. Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.

1.4 Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.


A. Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun tipe-tipe spuit yaitu:
a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
c) Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)

Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.

B. Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali.
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiapum memiliki tiga karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

1.5 Proses Injeksi
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Peraway dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:
a) Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
b) Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c) Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
d) Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
e) Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f) Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g) Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h) Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan

1.6 Macam-macam injeksi

Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

a. subkutan (hypodermal).
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.

b. Intrakutan (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.

c. Intramuskuler (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.

d. Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

e. Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.

f. Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.

1.7 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan injeksi
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a) Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b) Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c) Tempat injeksi
d) Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e) Kondisi/penyakit klien

1.8 Cara mencegah infeksi selama injeksi
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi selama injeksi dilakukan yaitu :
a) Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka
b) Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
c) Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
d) Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.

1.9 Kontra Indikasi
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan itradermal dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.

Minggu, 05 Februari 2012

Teori Keperawatan Virginia Henderson

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting, yang telah memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai teori yang mendunia. Ia lahir pada tahun 1897 di kota Kansas, Missouri, Amerika Serikat. Ia memulai karir keperawatan di Army School of Nursing psds tahun 1918.

Pada tahun 1960-an, ia membuat model konseptual ketika profesi keperawatan mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan dalam kinerjanya. Pertanyaan ini merupakan hal penting sampai tahun 1950-an sebab perawat lebih seriang hanya melakukan instruksi dokter. Virgina Henderson merupakan orang pertama yang mencari fungsi unik dari keperawatan.

Pada saat menulis pada tahun 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek negative dan positif dari praktek keperawatan pada masa itu. Hal tersebut meliputi :

* Autiritaria dan struktur hirarki di rumah sakit.
* Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik semata.
* Fakta bahwa mempertahankan kontak oribadi dengan pasien merupakanhal yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu.
* Adanya keanekaragaman yang ia miliki selama karier keperawatannya di Amerika Serikat diberbagai bidang layanan kesehatan


Virginia Henderson diminta untuk memplubikasikan model konseptualnya oleh International Council of Nurse (ICN) pada tahun 1960-an.Oleh karena diarahkan lebih pada aspek-aspek psikologis dari perawatan pasien.

Kontribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi perawatan berikut yang menjadi definisi yang sudah diterima secara umm :
"Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit. Dalam hal memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang damai, yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. dan melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin."
B. TUJUAN

Tujuan penulisan adalah:

1. Mengetahui karakteristik teori dalam teori Virginia Henderson
2. Mengetahui model teori Virginia Henderson.
3. Mengetahui aplikasi model system Virginia Henderson dalm pemberian asuhan Keperawatan.


BAB II
TEORI DAN MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN VIRGINIA HENDERSON

A. KONSEP UTAMA DAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

Dalam tulisan Virginia Henderson edisi ke-6 dengan judul "The Principles and Practice of Nursing", ia mengutip beberapa definisi dari sumber termasuk satu dari piagam WHO. Dia memandang kesehatan dalam kaitan demgan kemampuan pasien untuk memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar hidup untuk memandirikan pasien. 14 komponen kebutuhan dasar hidup tersebut meliputi :

1. Bernafas dengan normal
2. Makan dan minum cukup.
3. Pembuangan eliminassi tubuh.
4. Bergerak dan mempertahankan posisi yang nyaman.
5. Tidur dan istirahat.
6. Memilih pakaian pantas, berpakaian dan menanggalkan pakaian.
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal dengan memodifikasi Lingkungan.
8. Menjaga kebersihan tubuh dan memelihara kesehatan dan melindungi kulit
9. Menghindari bahaya dilingkungannya dan menghindari cedera yang lain.
10. Komunikasi dengan orang lain dalam pernyataan emosi, kebutuhan, ketakutan dan pendapat.
11. Beribadah menurut kepercayaan seseorang.
12. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada rasa pemenuhan akan kebutuhan.
13. Belajar, menemukan atau mencukupi keingintahuan akan pertumbuhan dan kesehatan yang normal dan dapat menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia


Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus tersebut dipengaruhi oleh :

1. Usia
2. Kondisi emosional (mood & temperamen)
3. Latar belakang sosial dan budaya.
4. Kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif, dan status mental

Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan keperawatan. Didalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasikan hal-hal berikut :

1. Urutan aktifitas yang harus dilakukan.
2. Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
3. Perubahan-perubahan yang telah dibuat.

Sebagai ringkasannya, prinsip-prinsip dasar dari model Henderson adalah sebagai berikut ;
* Fungsi unik dari perawat
* Upaya pasien kearah kemandirian
* Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia
* Perencanaan yang akan diberikan.

Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan. Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era baru ketika profesi keperawatan mulai menelaah sifat aktual dari kerja keperawatan secara lebih kritis dari sebelumnya. Komitmen menuju kemandirian dan autonomi pada pasien juga menandai era tersebut. Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk mencoba melakukan semuanya bagi pasien. Secara umum,aktifitas keperawatan harus didukung atau ditentukan oleh tindakan terpeautik dokter.

B. ASUMSI - ASUMSI PADA TEORI VIRGINIA HENDERSON

1. Keperawatan (nursing)
* Perawat mempunyai keunikan untuk membantu individu sehat atau sakit.
* Fungsi perawat adalah sebagai salah satu team medis.
* Fungsi perawat adalah mandiri, terpisah dari dokter, tetapi mendukung program program dokter.
* Perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari segi atau sosial.
* Perawat harus dapat mengkaji kebutuhan dasar manusia.
* Keempat belas komponen dasar kebutuhan manusia harus dapat tercover semua oleh fungsi perawat.
2. Pasien / person (pasien)
* Pasien harus mampu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.
* Perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
* Pasien harus dibantu agar dapat mandiri.
* Pasien dan keluaraga adalah satu kesatuan.
* Kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan ke-14 komponen dari keperwatan.
3. Kesehatan (health)
* Kesehatan adalah kualitas dari kehidupan.
* Kesehatan adalah dasar dari fungsi manusia.
* Kesehatan diperlukan secara mandiri dan saling menggantungkan.
* Peningkatan keshehatan lebih penting dari perawatan orang sakit.
* Seseorang dapat memperoleh kesehatan jika dia mempunyai kekuatan, kemauan, dan pengetahuan.
4. Lingkungan (environment)
* Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungannya, tetapi penyakit akan menurunkan kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan.
* Perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan.
* Perawat harus melindungi pasien dari kecelakaan akibat lingkungan.
* Perawat harus mampu mencegah terjadinya kecelakaan melalui rekomendasi terkait dengan konstruksi bangunan dan penempatan alat.
* Dokter menggunakan hasil kerja perawat untuk menentukan tindakan terbaik dalam mencegah kecacatan
* Perawat harus mengetahui tentang sosial budaya dan praktek keagamaan pasien.

C. THEORETICAL ASSERTIONS
1. Hubungan Perawat dengan Pasien
Ada tiga tingkat hubungan antara perawat dengan pasien yang diindetifikasioleh Henderson dari hubungan ketergantungan sampai ketidaktergantungan.
Hubungan tersebut meliputi:
1. Perawat sebagai pengganti pasien (substitute)
Pada saat sakit perawat menggantikan kebutuhan pasien yang diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik, ketidakmauan dan kurangnya pengetahuan. Henderson mengungkapkan hal ini statmennya bahwa "Perawat, kesadaran bagi ketidaksadaran, kehidupan dari kematian, tangan dari orang yang teramputasi, mata bagi orang buta, pemberi kehangatan bagi bayi, juru bicara bagi orang bisu, dan sebagainya."
2. Perawat sebagai pembantu pasien (helper)
Selama kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien menemukan kemandiriannya. Henderson mengatakan "Kemandirian adalah suatu hal yang relative, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi kita mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan ketergantungan dalam kesakitan".
3. Perawat sebagai teman pasien (partner)
Sebagai partner, pasien dan perawat bersama-sama memformulasikan rencana keperawatan kebutuhan dasar yang didiagnosis. Juga dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial, kebudayaan, dan kapasitas intelektual pasien.
Perawat juga harus dapat mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan. Henderson percaya "Perawat yang tahu reaksi fisiologis dan patologis dari perubahan temperature, pencahayaan, tekanan gas, bau, kebisingan, bau zat kimia, dan organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada,"
Perawat dan pasien harus selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam mencapai kemandirian atau kematian yang tenang. Salah satu tujuan perawat adalah menjaga aktifitas sehari-hari pasien senormal mungkin. Peningkatan status kesehatan adl tujuan penting dari perawatan. Menurut Henderson, lebih penting membantu seseorang bagaimana menjadi sehat daripada mengobati ketika sakit.
2. Hubungan perawat dengan dokter
Henderson menyatakan bahwa perawat mempunyai fungsi yang unik, berbeda dengan dokter, dimana keperawatan, diatur oleh perawat dan pasien bersama-sama saling mendukung dengan rencana atau program therapy dokter. Henderson menekankan, Perawat tidak hanya mengikuti perintah dokter. Suatu pertanyaan "Mengapa dokter selalu memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lain?'. Bahkan perawat mampu membantu pasien ketika dokter tidak ada. Henderson juga menyatakan bahwa perawat ataupun dokter sangat melebihi batas.
3. Perawat sebagai anggota Team Kesehatan
Perawat bekerja saling bergantung pada tenaga kesehatan yang lain. Perawat dan tenaga kesehatan lain membantu menjalankan seluruh program perawatan pasien. Henderson mengingatkan bahwa diantara team kesehatan mempunyai sumbangsih yang sama dalam perawatan pasien. Tak ada yang lebih besar, masing-masing mempunyai fungsi unik sendiri- sendiri.


D. APLIKASI MODEL VIRGINIA HENDERSON DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Yang perlu dikaji adalah:

1. Core/inti
Data diri pasien yang terdiri dari: umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya penyakit.
2. 14 komponen kebutuhan dasar manusia / pasien meliputi:
1. Pernafasan
2. Kebutuhan makan dan minum
3. Eliminassi
4. Posisioning
5. Kebutuhan tidur dan istirahat
6. Kebutuhan dalam berpakaian
7. Cara mempertahankan suhu tubuh dan memodifikasi lingkungan
8. Kebersihan tubuh
9. Kondisi lingkungan
10. Komunikasi
11. Ibadah dan keyakinan
12. Pekerjaan sehari-hari
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
14. Kebutuhan belajar dan menggunakan fasilitas keseahatan


Perawat mengkaji ke-14 komponen dasar, komponen pertama dinilai secara penuh kemudian menuju pada komponen selanjutnya. Untuk mengkaji data dari ke-14 komponen ini, perawat membutuhkan pengetahuan dari apa yang normal dalam kesehatan, juga pengetahuan tentang apa-apa yang menyebabkan sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa dirumuskan berdasarkan dari analisis data dari ke-14 komponen kebutuhan dasar manusia / pasien.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan melibatkan pembuatan rencana agar sesuai dengan keb individu, memperbaharui jika diperlukan, dan menjamin bahwa ini sesuai dengan yang ditentukan dokter.sebuah rencana yang baik mengintregasikan pekerjaan dari semua yang ada dalam tim kesehatan.

4. Implementasi

Perawat membantu pasien melaksanakan aktifitas untuk memelihara kesehatan, untuk menyembuhkan dari sakit, atau untuk membantu dalam kematian yang tenang. bersifat individu, tergantung pada prinsip fisiologis, umum, latar belakang budaya, keseimbangan fisik dan intelektual.

5. Evaluasi

Menurut Henderson, perawat akan melakukan evaluasi berdasar pada tingkatan dimana pasien dapat mandiri.
E. MANFAAT TEORI VIRGINIA HENDERSON PADA PRAKTEK KEPERAWATAN

1. Teori Virginia Henderson memberikan pernyatan tentang profesi perawat yang unik, terlepas dari profesi kedokteran, sehingga perawat dapat menentukan rencana keperwatannya dengan mandiri tanpa menunggu instruksi dari dokter.
2. Melengkapi model konseptual keperawatan yang telah ada.


F. KEKUATAN DAN KELEMAHAN TEORI VIRGINIA HENDERSON

1. Kekuatan
* Henderson adalah ahli teori keperawatan yang memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Henderson adalah orang pertama yang mencari fungsi unik dari profesi perawat.
* Teori Henderson didasari oleh keanekaragaman pengalaman yang ia miliki selama karir keperawatannya, bukan teori / model yang abstrak semata.
* Henderson mendefinisika profesi keperawatan: bahwa profesi keperawatan adalah profesi yang mandiri yang tidak hanya tergantung pada instruksi dokter.
* Asumsi Henderson mempunyai validitas karena mempunyai keserasian dengan riset ilmuan dibidang yang lain seperti konsep Maslow.
2. Kelemahan
* Pandangan dan pendapatnya hanya berfokus pada satu pihak yaitu pada penyembuhan fisik semata atau pada upaya memandirikan pasien.
* Teori kurang pragmatis.


BAB III
PENUTUP

Dalam bukunya, The Nature of Nuresing: A Definition and its Implication for Practice, Research, and Education, Henderson telah mendesain tiga fase kurikulum yaitu:

1. Fase pertama, penekanan pada kebutuhan pokok pasien, rencana keperawatan, fungsi unik keperawatan dalam membantu melakukan aktifitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan pasien.
2. Fase kedua, membantu pasien memenuhi kebutuhannya selama adanya gangguan fungsi tubuh atau patologis yang membutuhkan modifikasi rencana keperawatan.


Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Teori Virginia Henderson tentang model konsep keperawatan dalam buku "The Principles and Practice of Nursing" merupakan sebuah sumber yang luar biasa yang bisa digunakan oleh mahasiswa maupun perawat yang sudah berpraktek. Kelly menyatakan "Jika saja hanya ada satu buku keperawatan yang bisa diselamatkan ketika bom jatuh, PPN adalah buku itu.

Model Keperawatan Virginia Henderson sangat mempengaruhi perkembangan proses keperawatan didunia ini dengan ke-14 komponen dasar kebutuhan manusia.

Pre-Planning

Topik.
Program bermain usia toddler yaitu puzzle
Judul.
Program Bermain Pada Anak Usia toddler
Terapis
7 orang mahasiswa
Sasaran
3 orang anak

A. Latar belakang.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau informasi, memberikan kesenangan atau mengembangkan imajinasi pada anak (Anggraini: 2004)
Bermain tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, melalui bermain anak akan belajar tentang dunia dan kehidupannya serta berhubungan dengan orang lain. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan dan kelemahannya sendiri, minat dan cara menyelesaikan masalah dalam permainan. Bermain merupakan unsur yang penting bagi anak untuk perkembangan fisik, mental, sosial dan emosional.
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang penuh dengan stres dan akan menimbulkan reaksi pada anak sesuai dengan perkembangannya ( merasa cemas dan timbul rasa takut ). Bermain pada anak yang dihospitalisasi dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan membantu dalam mengembangkan imajinasinya. Pada anak pre-school umumnya perkembangan motorik halusnya sudah baik pula dalam komunikasi verbal dan non-verbal. Maka dengan ini , kami bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain puzzle karena dengan terapi bermain puzzle akan membuat anak lebih rileks. Alasan kelompok kami melakukan terapi ini karena anak lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak bermain. Adapun alasan lainnya permainan puzzle gambar pada usia pre-school : Untuk mengembangkan motorik halus, untuk intelektual, untuk melatih kemampuan kognitif, untuk melatih kemampuan berbahasa.
B. Tujuan
Tujuan umum:
Untuk merangsang perkembangan anak-anak dan menurunkan stress hospitalisasi.
Tujuan khusus:
1) Untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak (dalam membedakan warna dan bentuk benda).
2) Untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak (dalam menyusun sebuah gamba gambar).
3) Untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak (anak dapat berkomunikasi dengan perawat.
4) Untuk mengembangkan kemampuan sosialisai pada anak.5. Untuk memenuhi rasa emosional anak.
C. Kriteria Anak
1) Anak usia Todler
2) Anak kooperatif.
D. Proses Seleksi Anak
Ruang Anak Lt. III RS. ADI HUSADA KAPASARI terdapat 6 orang anak, 3 diantaranya berusia toddler dan kooperatif.
E. Perorganisasian Kelompok
1. Leader
Tugas
a. Memulai dan mengakhiri kegiatan
b. Menjelaskan prosedur dan cara kegiatan
c. Memotivasi anggota kelompok mengemukakan pendapat dan memberikan feed back terhadap kegiatan yang dilakukan
d. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan
e. Mengkoordinir seluruh petugas yang terlibat pelaksanaan terapi bermain
f. Memberi reinforcement positif
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Co-Leader
Tugas :
a. Membantu leader dalam menjalankan perannya
b. Bersama leader sebagai contoh dalam bentuk kerjasama yang baik dalam bekerja
c. Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
d. Mengingatkan leader tentang waktu kegiatan
e. Mengingatkan leader jika jalan terapi bermain tidak sesuai
3. Fasilitator
Tugas :
a. Memfasilitasi pasien yang kurang aktif
b. Memotivasi klien untuk mensukseskan kegiatan
4. Observer
Tugas :
a. Mengamati dan mencatat (jumlah anggota hadir, terlambat, pemberi ide, dan pendapat)
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Mencatat penyimpangan acara terapi bermain
F. Pengaturan Tempat

G. Uraian struktur kegiatan
1. Waktu dan lokasi
Hari/Tanggal : Kamis/19 Januari 2012
Jam : 09.40 WIB
Persiapan : 10 Menit
Pelaksanaan : 15 menit
Penutup : 5 menit
Total : 20 menit

2. Tempat Kegiatan : Ruang BermainLt. III RS. ADI HUSADA KAPASARI
3. Metode : Ada 2 metode yaitu :
• Memberikan stimulasi/contoh pada anaksebelum memulai permainan
• Diskusi dan Tanya jawab
4. Media dan Alat : puzzle/bongkar pasang
5. Mekanisme Kegiatan
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta terapi bermain terdari dari 7 orang
b. Pengaturan tempat sesuai setting
c. Mahasiswa bertugas sesuai dengan fungsi peran yang terdapat di perorganisasian
2. Evaluasi Proses
a. Selama proses berlangsung anak dapat mengikuti seluruh kegiatan
b. Selama proses kegiatan berlangsung anak berperan aktif dalam kegiatan
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. Anak dapat bekerja sama dengan baik, sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
b. Semua anak yang mengikuti kegitan mampu mengutarakan perasaannya
c. Anak yang ikut kegiatan mampu bersosialisasi satu sama lainnya
I. Aturan Permainan
a. Siapkan alat-alat
b. Dekatkan pada anak-anak
c. Ajarkan cara menyusun puzzle
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dan memberikan tepuk tangan
e. Memotivasi bagi anggota yang kurang aktif