A. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yangdapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan respon imun.
Tuberculosis(TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal,tulang, nodus limfe.(sumber :Keperawatan medical bedah Brunner&suddarth: 2001)
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah (sumber : Dasar-dasar ilmu penyakit paru: 2010)
B. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin ( dapat tahan bertahun-bertahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberculosis aktif kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini, tekanan bagian apical paru-paru lebih tinggi daripada bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat predileksi (kegemaran) penyakit tuberculosis.
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia
D. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuberculosis , yaitu sebagai berikut:
- Aktivitas bakterisid
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakteriosid biasanya diukur dengan kecepataan obat tersebut membunuh atau melenyapkan kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
- Aktivitas sterilisasi
Disini obat bersifat membunuh kuman-kuman yang pertumbuhannya lambat (metabolismenya kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja. Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi yang terbanyak ditemukan ialah INH
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
• Rifampisin
• INH
• Pirazinamid
• Streptomisin
• Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
• Kanamisin
• Amikasin
• Kuinolon
• Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid, amoksilin + asam klavulanat
• Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain :
o Kapreomisin
o Sikloserino PAS (dulu tersedia)
o Derivat rifampisin dan INH
o Thioamides (ethionamide dan prothionamide)
Tabel 1.2 Dosis OAT (dibuat table oleh dr.Sudarsono) lihat buku HIV
Obat Dosis (Mg/KgBB/Hari) Dosis yang dianjurkan Dosis Maks Dosis (Mg/KgBB/Hari)
Harian (Mg/KgBB/Hari) Intermitte (Mg/KgBB/Hari) <40 40-60 >60
R 8 - 12 10 10 600 300 450 600
H 4 - 6 5 10 300 150 300 450
Z 20 - 30 25 35 750 1000 1500
E 15 - 20 15 30 750 1000 1500
S 15 - 18 15 15 1000 Sesuai BB 750 1000
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
a. Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
E. Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
- Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
- Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
- Anemia bila penyakit berjalan menahun
- Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
- LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
- GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
- Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
- Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.
b. Radiologi
- Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
- Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
- Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
F. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.
G. Pencegahan
- Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
- Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
- Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
- Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
- Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
- Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
H. Asuhan Keperawatan Menurut Doenges
A. Dasar data pengkajian pasien
Data tergantung pada tahap penyakit dan derajat yang terkena
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelelahan
Napas pendek karna kerja
Kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
mengigil dan tidak berkeringat.
Mimpi buruk
Tanda : takikardia, takipnea/dispnea pada kerja
Kelelahan otot, nyeri, sesak ( tahap lanjut )
2. Integritas ego
Gejala : adanya faktor setress lama
Msalah keungan rumah
Perasaan tak berdaya
Populasi budaya etnik: amerika asli atau imigran dari amerika tengah, asia tengara, indian anak benua.
Tanda : menyangkal ( khususnya selama tahap dini )
Ansietas, ketakutan, mudah teransang.
3. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Tanda : turgor kulit buruk, kering, kulit bersisik
Kehilangan otot, atau lemak subkutan.
4. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distriksi
5. Pernapasan
Gejala : batuk produktif atau tidak produktif
Napas pendek
Riwayat tuberkulosis atau terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : peningkatan frekwensi pernapasan ( penyakit luas atau fibsrosis parenkim paru dan pleura ) Pengembangan pernapasan tak simetris ( efusi pleural )
Perkusi pekak pdan fremitus ( cairan pleural atau penebalan pleural ). Bunyi napas : menurun/ tak ada secara bilateral atau unilateral. Bunyi napas tubuler, krikel tercatat di atas paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek ( krekel pottusik )
Karakterisitik sputum : hijau purulen, mukoid kuning, atau bercak darah.
6. Keamanan
Gejala : adanya kondisi penekanan imun
Positif Tes HIV
Tanda : demam rendah atau sakit panas akut
7. Interaksi sosial : perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular
8. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : riwayat keliarga TB
Ketidakmampuan umum/ status kesehatan buruk
Gagal untuk membaik/ kambuhnya TB
Tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama di rawat : 6,6 hari
Rencana pemulangan : memerlukan bantuan dengan atau gangguan dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan / perawatan rumah
9. Pemeriksaan diagnostik
- Kultur sputum : positif utuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
- Ziehl-neelsen ( pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah ) : possitif untuk basil asam cepat.
- Tes kulit( PPD, Mantoux, potongan volmer)
- Foto thorak : dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubaha menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
10. Prioritas keperawatan
a. Meningkatkan atau mempertahankan ventilasi atau oksigenasi adekuat
b. Mencegah penyebara infeksi
c. Mendukung perilaku atau tugas untuk memertahankan kesehatan
d. Meningkatkan strategi koping efektif
e. Memberikan informasi tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan
11. Tujuan pemulangan
a. Fungsi pernapasan adekuat untuk memenuhi kebutuhan individu
b. Komplikasi di cegah
c. Pola hidub atau prilaku berubah di adobsi untuk mencegah penyebaran
infeksi
d. Proses penyakit dan program pengobatan di pahami
Diagnosa keperawatan : infeksi, resiko tinggi,[penyebaran/aktivasi
ulang]
Faktor resiko meliputi : pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia/stasis
Sekret.
Kerusakan jaringan/ tambahan infeksi
Penuruan pertahanan/ penekanan proses inflamasi
Malnitrisi
Terpajan lingkungan
Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen
Kemungkinan
di buktikan oleh : [tidak dapat diterapkan;adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual ]
hasil yang di harapkan/ menidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurukan resiko penyebaran infeksi
kriteria evaluasi pasien akan : meunjukan teknik/ melakukan perubahan pola hidub untuk meningkatkan lingkungan yang aman
Tindakan/ intervensi
Mandiri
1. Kaji patologi penyakit ( aktif atau fase aktif; diseminasi infeksimelalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/ sistem lifatik ). Dan potensial penyebaraninfeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, bernyanyi.
R/: membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang komplikasi. Pemahaman bagaimanan penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/ oang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah inffeksi ke orang lain.
2. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/ teman
R/: orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/ terjadinya infeksi.
Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi
R/: perilaku yag di perlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan.
R/: dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.
4. Awasi suhu sesuai indikasi
R/: reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.
Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis, contoh tahanan bawah( alkoholisme, malnutrisi/ bedah bypass intetinal); gunakan obat penekan imun/ kartiko steroid; adanya diabetes melitus, kanker, kalium.
R/: pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mencegah pola hidub dan menghindari atau menurunkan insiden eksaserbasi.
5. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.
R/: periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau peyakit luas sedang, resiko penyebaran infeksi dapat berlajut sampai 3 bulan.
6. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadab spurum utuk lamanya terapi
R/: alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan respon pasien terhadab terapi.
7. Dorong memilih atau mencerna makanan seimbang. Berikan makanan sering kecil makanan pada junlah makanan besar yang tepat.
R/: adanaya anoreksia/ malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadab proses infeksi dan menganggu penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.
Kolaborasi
1. Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh :
Obat utama: isoniozid ( INH ) etambutal ( myambutol ); rifampin ( RMP/Rifadin ).
R/: kombinasi agen anti infeksi di gunakan, contoh 2 obat primer atau satu
primer tambah satu dan obat sekunder, INH biasanya obat pilihan utuk pasien
infeksi dan pada resiko terjadinya TB. Kemoterapi INH dan refampin jangan
pernah (selama 9 bulan) dengan etambutal
( selama 2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Tambital harus di berikan bila sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila di curigai resisten INH. Terapi luas sampai 24 bulan di indikasikan utuk kasus ereiktivasi, reaktivasi tb ekstra pulmonnal, atau adanya masalah medik lain.
2. Pirazinamida ( PZA/Aldinamide) ; para amino salisilk (PAS); sikloserin (seromycin); streptomisin (strycin).
R/: obat ini sekuder di perlukan bila infeksi resisten terhadab atau tidak toleran obat primer.
Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas, takeefektif
Dapat di hubungkan dengan : Sekret kental, atau sekret darah
Kelemahan upaya batuk buruk
Edema trakeal/aringeal
Kemungkina di buktikan oleh : Frekueensi pernapasan, irama,
kedalaman tak
normal.
Bunyi napas tak normal ( ronkhi,
mengi ), stridor.
Dispnea
Hasil yang di harapkan : mempertahankan jalan napas pasien
Kriteria evaluasi pasien akan : Mengeluarkan sekret tanpa bantuan
Menunjukan perilaku untuk
memperbaiki/mempertahankan
bersihan jalan- napas.
Berpartisipasi dalam program
pengobatan, dalam- tingkat
kemampuan atau situasi
Menidentifikasi potensial
komplikasi dan - melakukan
tindakan tepat
Tindakan/ intervensi
Mandiri
1. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman, dan penggunaan otot aksesori.
R/ : penurunan bunyi napas dapat menunjukan atelektasis. Ronki, mengik menunjukan akumulasi sekret/ ketidakmampuan membersihkan jalan napas yan bisa menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.
Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/ batuk efektif ; catat karakter, jumlah sputum, adanya hemaptisis
R/ : pengeluaran sulit bila sekret di sangat tebal (misalnya efek infeksi dan atau tidak adekuat hidrasi ). Sputum berdarah kental atau darah cerah di akibatkan oleh kesakitan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/ intervensi lanjut.
2. Berikan posisi pasien semi/ fowlwer tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam
R/ : posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan mennurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk di keluarkan.
3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakhea; penghisapan sesuai keperluan
R/ : mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat di lakukan bila pasien tidak dapat mengeluarkan sekret
4. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontra indikasi
R/: pemasukan tinggi cairan membantu untuk pengenceran sekret, membuatnya mudah si keluarkan.
Kolaborasi
1. Lembabkan udara / oksigen inspirasi
R/: mencegah pengeringan mukosa; membantu pengenceran sekret
2. Beri obat-obatan sesuai indikasi:
Agen mukolitik, contoh asetilsistein ( mucomyst );
R/: agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan
3. Bronkodilator, contoh obstrifilin (choledyl); theofilin (theo-dhur)
R/: bronkodilator menigkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga meurunkan tahanan terhadab aliran udara
4. Kartikosteroid (prednison)
R/: berguna bila adanya keterlibatan luas dengan hipolsemia dan bila respon inflamaasi mengancam hidub
5. Bersiap untuk membantu intubasi darurat
R/: itubasi di perlukan pada kasus jarng bronkogenik TB dengan edeam laring atau pendarahan paru akut
Diagnosa keperawatan : pertukaran gan, kerusakan, resiko
tinggi terhadap
Faktor resiko meliputi : Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
Kerusakan membrane alveolar-kapiler
Sekret kental tebal
Edema bronkial
Kemungkina di buktikan oleh : [ tidak dapt di terapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala mebuat diagnosa aktual
Hasil yang diharapkan : melaporkan tak adanya/penuruna dispnea
Kriteria evaluasi pasie akan : menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal
Bebas dari gejala disters pernapasan
Tindakan/ intervensi
Mandiri
1. Kaji dispneu, tacipneu, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan uaya pernapasan, terbatasnya ekspasi dinding dada, dan kelemahan.
R/: TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai imflamasi difusi luas, nekrosis, efusi pleural, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat dari ringan sampai disoneu beratn sampai disterss pernapasan
2. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/ atau dan atau perubahan pada warna kulit, termasuk membrae mukosa dan kuku.
R/: akumulasi sekret/ pengaruh jalan napas dapat menganggu oksigenisasi organ vital
3. Tunjukan / dorong bernapas bibir selama ekhalasi, khususnya dengan pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim
R/: membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/ penyempita jalan napas. Sehingga membantu meyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/ menurunkan napas pendek.
4. Tingkatkan tirah baring/ batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
R/: menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode
pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala
Kolaborasi
1. Awasi seri GDA/ nadi oksimetri
R/: penurunan kandungan oksigen (PaO2 )atau saturasi atau peingkatan PaCO2 menunjukan kebutuhan untuk intervensi/ perubahanprogram terapi
2. Berikan oksigen tambahan yang sesuai
R/: alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/ menurunnya permukaan alveolar paru
Diagnosa keperawatan : nutrisi, perubahan, kurang dari
kebutuhan tubuh
Dapat di hubungkan dengan : kelemahan, sering batuk/produksi
sputum; dispneu
Anoreksia
Ketidakcukupan sumber keuangan
Kemungkinan dapt di buktikan oleh : berat badan di bawah 10-20% ideal
untuk bentuk-tubuh dan
beratmelaporkan kurang tertarik
pada makanan, gangguan sensasi
pengecap, tonus otot buruk
hasil yang di harapkan : menujukan berat badan meningkat
mencapai tujuan dengan nilai
laboratotium normal, dan- bebas
tanda nutrisi
pasien akan : melakukan perilaku/ perunbahn
pola hidup untuk meningkatkan
dan/ empertahankan berat yang
tepat
Tindakan/ intervensi
Mandiri
1. Catat status nupmmpuan atau ketidak mampuantrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ ketikmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/ muntah dan diare.
R/: berguna dalam mendefenisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat
2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang di sukai/ tak disukai
R/: membantu dalam mengidentifikasi kebututhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memoerbaiki masukan diet.
3. Awasi masukan/ pengeluaran dan berat badan secara periodik
R/: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
4. Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekwensi, volume, konsistensi feses
R/: dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan atau penggunaan nutrien.
5. Dorong dan berikan periode istirahat sering
R/: membantu menghemat energi khusunya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.
6. Berikan tindakan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan
R/: menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
7. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protin dan karbohidrat
R/: memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu atau kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.
8. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi kepada pasien kecuali kontra indikasi.
R/: membuat lingkunga sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
R/: memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet
2. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1-2 sebelum/sesudah makan
R/: dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada perut yang penuh.
3. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN,protein serum, dan albumin.
R/: nilai rendah menunjukan malnitrisi dan menunjuan kebutuhan intervensi/ perubahan program terapi
4. Berikan anti pireutik tepat
R/: demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori
Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan [
kebutuhan belajar ] mengenai
kondisi, aturan tindakan, dan
pencegahan
dapat di hubungkan dengan : kurang terpajan pada / salah
interprestasi informasi
keterbatasan kognitif tak akuran/
tak lengkap informasi yang ada
kemungkinan di buktikan oleh : permintaan informasi.
menunjukan kesalahan konsep
tentang status- kesehatan.
Kurang atau tak akurat mengikuti
instruksi/- Perilaku.Menunjukan
atau memperlihatkan perasaan –
terancam
Hasil yang di harapkan : menyatakan pemahaman/
prognosis dan kebutuhan
Pengobatan
Kriteria evaluasi pasien akan : melakukan prilaku pola hidup
untuk memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan resiko
pengaktian ulang TB.
Mengidentifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi/ Intervensi
Tindakan/ intervensi
Mandiri
1. Kaji kemampuan pasien utuk belajar contoh tingkat akut, masalah, kelemahan, tempat partisipasi, lingkungan terbaik di mana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat
R/: belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan di tingkat kan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus di laporkan perawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernapas, kehilangan pedengaran, vertigo.
R/: dapat menunjukan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut,
3. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat (rujuk ke DK: nitrisi, perubahan, kurang dari kebututhan tubuh, hal 246)
R/: memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan cairan dapat mengencerkan/ mengeluarkan sekret.
4. Berikan instruksi dan informasi tertulis pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.
R/: informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguat belajar.
5. Jelaskan dosis obat, frekwensi pemberian, kerja yang di harapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan obat/ substansi lain.
R/: meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai pebaikan kondisi pasien.
6. Kaji potensial efek sampinng pengobatan (contoh mulut kerng, konstipasi, gangguan penglihatan, skit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah.
R/: mencegah/ menurunkan ketidak nyamanan sehubugan dengan terapi dan meningkatkan kerja sama dalam program.
7. Tekankan kebutuhan untuk minum alkohol sementara minum INH.
R/: kombinasi INH dan alkohol telah menunjukan peningkatan insiden hepatitis
8. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal.
R/: efek samping utama menurunkan penglihatan: tanda awal menurunya kemampuan untuk melihat warna hijau.
Mandiri
9. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan takut/ masalah. Bjawab pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penyangkalan.
Dorong untuk tidak merokok.
Kaji bagaiman TB di tularkan (misal khususnya dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau urin infeksi pada sistem ini) dan bahaya reaktivasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar