Minggu, 29 Juli 2012

Anemia Defisiensi Zat Besi


1.      Defenisi
Anemia akibat defisiensi zat besi untuk sintesis Hb merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu.
Anemia defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah normal. Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabakan anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

2.      Epidemiologi
Diperkirakan 30% penduduk duni menderita anemia dan lebih dari 50% penderita ini adalah ADB dan terutama mengenai bayi, anak sekolah dan ibu hamil dan menyusui. Di indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan kalori protein, vit A dan yodium. Penilitian di indonesia mendapatkan prevalensi ADB pada anak balita sekitar 30-40%, pada anak sekolah 25-35 %, sedangkan hasil SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5.55%. ADB mempunyai dampak yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan daya tahan tubuhdan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga menurunkan prestasi belajar disekolah.
3.      Etiologi
Anemia defisisensi besi dapat disebabkan oleh rendahnhya masukan zat besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
a)      Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat berasal dari:
-          Saluran cerna (akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker kolon, difertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang)
-          Saluran genitalia wanita (menoragi atau metroragi)
-          Saluran kemih (hematuria)
-          Saluran napas (hemaptoe)
b)      Faktor nutrisi (akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas besi yang tidak baik seperti makanan banyak mengandung serat, rendah vit. C, rendah daging)
c)      Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
d)     Gangguan absorpsi besi (gastrekotomi, colitis kronis)



5.      Manifestasi Klinis
a)      Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokonstriksi.
b)      Takikardi dan bising jantung (peningkatan kec. Aliran darah), angina (sakit dada).
c)      Dispnea, napas pendek, cepat capek saat aktivitas (pengiriman oksigen berkurang)
d)     Sakit kepala, kelelahan, tilitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP.
e)      Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare).
f)       Koilorikia è kuku sendok atau spoon nail, kuku menjadi rapuh bergaris-garis vertikal dan menjadi cejung seperti sendok.
g)      Atropi papil lidahè adalah permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah menghilang.
h)      Stomatitis angularis è adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
i)        Disfagia è nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
j)        Atropi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

6.      Pemeriksaan Penunjang
a)      Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun.
b)      Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c)      Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat, saturasi menurun
d)     Kadar Feritin menurun dan kadar free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e)      Susum tulang : aktivitas eritropoetik meningkat

7.      Penatalaksanaan
a)      Terapi bergantung pada penyebabnya, misalnya pengobatan cacing tambang, hemoroid, dan menoragi.
b)      Pemberian preparat  besi untuk menggantikan kekurangan besi dalam tubuh. Pemberian preparat besi biasanya diberikan secara peroral atau paranteral.
a)      Besi peroral
Ada 4 bentuk garam besi yang dapat iberikan melalui oral, yaitu sulfat, glukonat, kumarat, dan subsinat.
b)      Besi parenteral
Preparat yang tersedia dalam irondextron complex dan iron sorbitol citic acid complex yang dapat diberikan secara IM dalam atau IV
c)      Diet
Sebaiknya diberikan makanan bergisi yang tinggi protein terutama protein hewani.
d)     vitamin C
Diberikan 3 x 100 mg/ hari. Untuk meningkatkan absopsi besi.
e)      Transfusi darah
Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia kekuranan besi adalah :
-          Adanya penyakit jantung anemik
-          Anemia simptomatik
-          Penderita memerlukan peningkatan kadar Hb yang cepat

8.      Komplikasi
a)      Nyeri dada
b)      Kardiomegali
c)      Hemoblobinuria
d)     Nilai Hemoglobin kurang dari 59/100 ML dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian.

9.      Prognosis
Prognosis baik apabila penyebab anemianya diketahui hanya karena kekurangan zat besinya saja, serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Pada kasus ADB karena perdarahan, apabila sumber perdarahan dapat diatasi maka prognosisnya juga akan baik, terutama apabila diberikan terapi Fe yang adekuat. Tentunya penyakit dasar sebagai sumber perdarahan kronisnya pun menentukan prognosis pasien

10.  Pendidikan Kesehatan
a)      Memberikan informasi tentang penyakit (prognosi anemia defisiensi besi)
b)      Tekankan pentingnya zat besi dalam tubuh
c)      Berikan informasi kepada klien mengenai makan yang dapat meningkatkan kadar zat besi
d)     Berikan informaasi yang dapat timbul akibat defisiensi besi

11.  Pencegahan
a)      Lakukan pertama pada klien yang mengalami trauma agar tidak terjadi perdarahan
b)      Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar besi
c)      Cegah malnutrisi besi pada klien yang sedang hamil dan anak pada usia prematuritas
d)     Hindari makanan yang dapat menghambat absorbsi zat besi.
e)      Meningkatkan penggunaan ASI ekslusif, menunda penggunaan susu sapi sampai usia 1 Tahun Memberikan makana bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan
f)       Memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan.

12.  Diagnosa Keperawatan
a)      Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen atau nutrien ke sel
b)      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay oksigen dan kebutuhan
c)      Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Kegagalan  untuk mencerna makanan/ absopsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal
d)     Ganguan konsep diri ; body image b.d penampilan
e)      Pola nafas tak efektif b.d ketidakseimbangan suplay oksigen

13.  Kenapa mata anak berkunang-kunang ?
Penurunan Fe è gangguan erotropoesis è penurunan hemoglobin èpenurunan O2  èhipoksemia èhipoksia è penurunan perfusi jaringan è penurunan O2  ke otak è mata berkunang-kunang.

14.  Kenapa anak lebih cepat lelah, lesu dan lemah ?
Penurunan Fe è gangguan erotropoesis è penurunan hemoglobin èpenurunan O2  èhipoksemia èhipoksia è penurunan perfusi jaringan è penurunan O2  ke jaringan è lesu, lelah dan lemah.

15.  Apa yang menyebabkan koilirikia, atropi papil lidah serta disfagia ?
a)      Koilorikia
Perdarahan è kehilangan besi (Fe serum menurun) è penurunan cadangan besi è defisiensi zat besi è penurunan besi pada epitel è kelainan bentuk kuku (koilorikia).
b)      Atropi papil lidah
Perdarahan è kehilangan besi (Fe serum menurun) è penurunan cadangan besi è defisiensi zat besi è penurunan besi pada enzim è atropi papil lidah.
c)      Disfagia
Perdarahan è kehilangan besi (Fe serum menurun) è penurunan cadangan besi è defisiensi zat besi è penurunan besi pada epitel è kerusakan epitel hipofaring è disfagia.

16.  Mengapa anemia defisiensi besi menjadi hyperplasia normoblastik ?
Karena terjadi penurunan eritropoesis yang disebabkan oleh defisiensi besi sehingga akan terjadi kompensasi dari sumsum tulang untuk meingkatkan eritropoesis dengna cara peningkatan eritroblast dalam sumsum tulang (hyperplasia normoblastik).

17.  Pengaruh serum feratin pada anemia defisiensi besi ?
Serum feratin adalah suatu barometer yang terpercaya dan sensitive untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feratin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan pengamataan populasi. Seru feratin < 12 µg/dL sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostic untuk kekurangan besi.

18.  Lama Penyembuhan
Lama penyembuhan anemia defisiensi zat besi sampai 2-3 bulan hingga kadar hemoglobin normal dengan penatalaksanaan yang sesuain indikasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar